Rabu, 13 Desember 2017

Terseret Ombak, Tiga Wisatawan Tewas di Kawasan Pantai Glagah

Tiga wisatawan ditemukan tewas terseret ombak di kawasan Rute Pantai Glagah Indah, Temon, Kulon Progo, Rabu (15/3/2017). Diketahui dari 3 korban jiwa tersebut, dua orang merupakan guru dan murid dari kabupaten Kulon Progo, dan satu adalah wisatawan dari daerah Jawa Barat.

Ketiga korban naas tersebut adalah Supriyanto (24 tahun), Muhammad Mahfud (12 tahun), dan Putra Kristanto (18 tahun).  Supriyanto merupakan guru di SD Negeri 2 Kaliwuluh, Kepil, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, dengan alamat Dusun Telogowiryo, Desa Kapulogo, Kecamatan Kepil, Wonosobo. Muhammad Mahfud adalah siswa kelas VI SDN 2 Kaliwuluh dengan alamat Cebungan, Kaliwuluh, Kepil, Wonosobo. Sedangkan Putra Kristanto adalah warga Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.

Pantai Glagah adalah salah satu dari sederet pantai di selatan Jawa yang terkenal memang dengan ombaknya yang tinggi dan pasir pantai yang curam.

Korban Muhammad Mahfud bersama dengan teman-temannya sedang bermain dan mandi di pesisir pantai Glagah dekat muara sungai pada sekitar pukul 13.00 WIB. Ketika sedang mandi air laut, korban diperkirakan tidak mengetahui jika ombak besar akan menerjangnya dengan seketika. Kristanto, yang diketahui hendak menolong korban, juga malah ikut terseret ombak pantai Glagah.

Baca Juga : Pantai Indrayanti, Info Lengkap Tiket Masuk, Lokasi, dan Sejarahnya
Maka dari itu buat kalian semua, jika sedang berada di pantai, khususnya pantai selatan jawa yang ombaknya tinggi harap berhati-hati. Tetap waspada saat bermain di bibir pantai.

Terlalu Membludak, Pengunjung Hutan Mangrove Kulon Progo Dibatasi

Ribuan wisatawan berbondong-bondong menjajaki kawasan wisata hutan mangrove di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulonprogo selama tiga hari, yaitu dimulai dari tanggal 14 April 2017 hingga 16 April 2017. Pihak kepolisian setempat pun bergerak cepat untuk membantu mengurai kemacetan di jalan.
Jumlah pengunjung yang datang pada hari jumat tanggal 14 April sekitar 6000 orang, kata Suparyono, Pengelola wisata mangrove Pantai Pasir Kadilangu,

Angka 6000 itu sangat jauh dari hari biasanya, pada hari biasanya jumlah pengunjung perhari hanya sekitar 500-600 orang saja. Sebanyak 40 personel langsung disiagakan guna menjaga area wisata Mangrove Pantai Pasir Kadilangu, mulai dari pintu masuk, lokasi parkir, sampai area dalam wisata di hutan mangrove.
Para wisatawan selalu diarahkan agar tak bergerombol dan berhenti di satu lokasi ketika diatas jembatan bambu. Dikhawatirkan jembatan dapat roboh dan membahayakan pengunjung apabila beban terlalu berlebihan.
Banyaknya kendaraan yang memasuki area wisata hutan mangrove berdampak pada kemacetan lalu lintas. Hal tersebut disebabkan hanya tersedianya satu jalan utama yang menjadi jalan masuk sekaligus jalan keluar bagi wisatawan.
Ukuran jalan juga relatif sempit, tidak cukup apabila ada dua mobil untuk berpapasan. Namun, hal itu dapat diatasi dengan dibantu oleh kepolisian memberlakukan sistem buka tutup jalur.