Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, penggunaan teknologi sudah menyebar di berbagai sector kehidupan manusia. Salah satunya pada sektor transportasi, pada sector ini, kemajuan teknologi menyebabkan kemudahan mobilitas bagi masyarakat. Salah satu teknologi yang berkembang dalam transportasi adalah aplikasi mobile, yaitu GO-JEK. Di kutip dari situs web resminya, yaitu www.go-jek.com, GO-JEK adalah sebuah perusahaan teknologi berjiwa sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja di berbagai sektor informal di Indonesia.
GO-JEK mulai beroperasi di Jojga sejak Senin, 16 November 2015 (www.harianjogja.com dalam berita yang berjudul Mulai Beroperasi di Jogja, Gojek Punya 200 Pengemudi). Masih dikutip dari berita yang sama, Tadeus Nugraha, Vice President Bidang Operasional PT Gojek Indonesia menyatakan memilih Jogja karena kota ini dianggap sebagai destinasi wisata nomor dua setelah Bali.
Masyarakat sendiri menaggapi hadirnya Go-Jek dengan berbagai macam sikap, ada yang pro dan ada yang kontra, masyarakat yang pro sendiri dibuktikan dengan antusiasme masyarakat dalam menggunakan apilkasi Go-jek dan banyaknya masyarakat yang mendaftar sebagai driver Go-jek seperti yang telah dijelaskan berita di atas. Sedangkan yang kontra memandang bahwa kehadiran Go-jek berpotensi besar menyebabkan sepinya pelanggan bagi ojek konvensional. Seperti tanggapan Dasir, seorang tukang becak yang dikutip dari berita jogja.tribunnews.com dengan judul Ini Tanggapan Tukang Becak dan Andong Terkait Adanya Go-Jek di Yogya bahwa keberadaan GoJek akan membuat teman-temannya yang berprofesi sebagai tukang ojek konvensional menjadi sepi pelanggan.
Namun diluar pro kontra yang terjadi, GO-JEK tetap membentuk citra baik tukang ojek, yang dulunya ojek dianggap sebagai pekerjaan kelas bawah bagi masyarakat, namun dengan adanya GO-JEK, citra tukang ojek dikalangan masyarakat menjadi lebih baik dan tidak dianggap sebagai pekerjaan kelas bawah.
Citra tersebut dibentuk melalui strategi yang dilakukan oleh manejemen GO-JEK dalam memebntuk citra positif tukang ojek.
Sehingga terpilih judul penelitian “Strategi PR Go-Jek Dalam Membentuk Citra Tukang Ojek”
GO-JEK mulai beroperasi di Jojga sejak Senin, 16 November 2015 (www.harianjogja.com dalam berita yang berjudul Mulai Beroperasi di Jogja, Gojek Punya 200 Pengemudi). Masih dikutip dari berita yang sama, Tadeus Nugraha, Vice President Bidang Operasional PT Gojek Indonesia menyatakan memilih Jogja karena kota ini dianggap sebagai destinasi wisata nomor dua setelah Bali.
Masyarakat sendiri menaggapi hadirnya Go-Jek dengan berbagai macam sikap, ada yang pro dan ada yang kontra, masyarakat yang pro sendiri dibuktikan dengan antusiasme masyarakat dalam menggunakan apilkasi Go-jek dan banyaknya masyarakat yang mendaftar sebagai driver Go-jek seperti yang telah dijelaskan berita di atas. Sedangkan yang kontra memandang bahwa kehadiran Go-jek berpotensi besar menyebabkan sepinya pelanggan bagi ojek konvensional. Seperti tanggapan Dasir, seorang tukang becak yang dikutip dari berita jogja.tribunnews.com dengan judul Ini Tanggapan Tukang Becak dan Andong Terkait Adanya Go-Jek di Yogya bahwa keberadaan GoJek akan membuat teman-temannya yang berprofesi sebagai tukang ojek konvensional menjadi sepi pelanggan.
Namun diluar pro kontra yang terjadi, GO-JEK tetap membentuk citra baik tukang ojek, yang dulunya ojek dianggap sebagai pekerjaan kelas bawah bagi masyarakat, namun dengan adanya GO-JEK, citra tukang ojek dikalangan masyarakat menjadi lebih baik dan tidak dianggap sebagai pekerjaan kelas bawah.
Baca juga :
Nokia 6 kini siap menerima update OS Android 7.1.1 Nougat
Citra tersebut dibentuk melalui strategi yang dilakukan oleh manejemen GO-JEK dalam memebntuk citra positif tukang ojek.
Sehingga terpilih judul penelitian “Strategi PR Go-Jek Dalam Membentuk Citra Tukang Ojek”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar